Perihal Bahagia
Tentang kamu malam itu.
Hari itu aku
senang sekali, karena bertemu kamu. Pun boleh berkesempatan lagi satu motor
denganmu, setelah sekian pekan berlalu. Sesederhana itu memang, perihal bahagia.
Ini hanya berkat
sebuah undangan, yang harus dibagikan kepada begitu banyak teman. Namun yang
hadir malam itu hanya 4 orang saja. Mau tak mau kami pergi berdua-dua, yang
satu ke arah barat, yang lain lagi ke arah timur. Mereka yang ke arah barat
mendatangi rumah-rumah yang berdekatan, cukup banyak memang, tapi hanya satu
wilayah saja. Sedangkan kami yang ke arah timur, hanya sedikit undangan yang
kami bagikan, namun rumah-rumah yang kami datangi lokasinya menyebar. “Yes”, batinku. Aku justru senang, karena
bisa punya banyak waktu untuk berlama-lama denganmu.
Perjalanan dimulai. Sedikit menyesalku, walau
tetap senang. Karena sepanjang perjalanan itu kami tak banyak bicara dan
berbagi cerita. Tetap saling bicara memang, hanya tak banyak saja. Entah. Mungkin
merasa aneh atau bingung karena terlalu lama tak satu motor bersama. Hehe. Kami
berpindah dari satu rumah ke rumah yang lain. Lalu sampai pada rumah terakhir, kami
menanti teman kami keluar dari rumah. Sembari menanti, aku mengecek undangan
yang akan kuberikan. Kataku kemudian, “Yaampun,
namanya salah. Ketuker sama yang sebelumnya”. Tak lama setelahnya, tawa itu
pecah di antara kami. Tawa yang renyah sekali. Karena kata adikku “nggak usah
sumpah-sumpah”, maka aku hanya mau bilang demi apapun, bahwa ini membahagiakan.
Usai undangan
terakhir tersebut, kami kembali ke titik awal pertemuan kami. Kamu bilang, “Males e lewat situ, pengen lewat dalem tapi
lebih jauh”. Jawabku dengan girang, “Ya
nggak papa lewat dalem aja”, tapi entah karena alasan apa kamu tak jadi
melakukannya. Ya, sedikit kecewaku, walau tetap senang hari itu.
Akhirnya,
dariku, terima kasih ya.
Terima kasih sudah jadi alasan
bahagiaku hari itu,
si cuek nan dingin.
Romantis banget gilak!!!
ReplyDeleteAihh berlebihan deh
Delete