Peduli Pada Orang Lain x Peduli Pada Diri Sendiri

Hari ini terlintas di pikiranku tentang rentetan kejadian di Senin lalu. Ternyata sudah satu minggu. Hari itu aku senang sekali karena boleh berbagi bahagia pada orang-orang di sekitarku. Hari itu aku senang sekali karena boleh berguna bagi orang-orang di sekelilingku. Tapi di saat yang bersamaan tanpa sadar ternyata aku tak mampu membahagiakan diriku sendiri, setidaknya hari itu.

Semua kisah hari itu berawal dari perjalanan soreku menuju kampus tercinta. Pukul 15.45 kurang lebih aku berangkat, dalam kondisi mengantuk. Dalam kondisi itu, aku melantunkan beberapa lagu untuk menguatkan mataku yang harus menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit. Tapi ternyata tidak mampu. Ketika tiba di jalanan hampir dekat kampus, tiba-tiba saja aku merasakan ban depanku disenggol oleh ban motor lain. Aku sontak kaget dan berteriak. Seluruh motor di depanku langsung menoleh ke arahku. Aku seolah baru terbangun kembali. Untung saja bisa kendalikanku, jadi tak jatuh. Usai kejadian itu, aku mengurangi kecepatan motorku. Akhirnya pukul 16.30 tiba juga aku di kampus. Yah karena terlalu terlambat waktu keberangkatanku, terlambat pula sampaiku. Kuputuskan untuk tidak memasuki kelas dan lebih memilih memasuki alam mimpi di lobi perpus.

Usainya, kurang lebih pukul 18.00 aku pulang. Tapi di depan kampus aku justru bertemu adik tingkat. Dengan penuh harap ia minta bantuanku untuk diantar ke suatu tempat. Akhirnya aku tak lekas pulang, namun mengantarkannya terlebih dahulu. Setelah selesai urusannya, kami hendak kembali ke kampus. Tapi tak disangka, motorku tak bisa menyala. Aku berulang-ulang kali menekan tombol stater, tapi tetap saja tak menyala. Lalu kuputuskan untuk mengecek bensinnya, dan ternyata habis. Maka kataku pada adik tingkatku, "Udah, kamu naik gojek dari sini aja", tapi ia tak mau. Akhirnya kami coba lagi berulang-ulang kali, hingga motorku bisa menyala juga. Berangkatlah kami hingga pom bensin terdekat karena tak ada penjual bensin eceran. Untung saja dekat, dan motorku dengan sisa-sisa bensinnya masih mampu menggapai jarak tersebut.

Setibanya di pom bensin, aku mulai mengantri sementara adik tingkatku menanti di kursi pojok dekat pintu keluar. Aku menuntun motorku perlahan-lahan karena sisa-sisa bensinnya sudah benar-benar habis. Tak kusangka lagi, ternyata yang mengantri di depanku adalah teman satu kelasku. Setelah cukup panjang aku menuntun, tiba-tiba saja teman satu kelasku menghampiriku. Dengan penuh rasa panik ia mengatakan begini, "Yaampun Cik, aku nggak bawa dompet masa", maka kataku dengan spontan, "Yaudah nih pake uangku, nanti bilang sisanya buat aku gitu", dan akhirnya, "Yaampun Cik makasih ya, tak pinjem dulu, besok di kelas tak balikkin. Yaampun kalo aku nggak ketemu kamu nggak tau deh kayak apa." Usainya, aku mengantarkan adik tingkatku kembali, lalu aku pun pulang.

Dalam perjalanan pulang, aku mencoba mengingat segala kejadian yang kualami di hari itu. Aku baru menyadari satu hal bahwa peduliku sungguh berlebih pada mereka di sekitarku, tapi aku justru lupa peduliku pada diri sendiri. Aku lalu teringat pada snapgram yang pernah dibuat temanku. Isinya begini, "Terkadang kita lupa mengasihani diri kita sendiri, karena terlalu sibuk dengan orang lain." Kemudian coba kukaitkan dengan kejadian yang kualami Senin lalu. Pas sekali rasanya. Aku membantu kedua temanku yang kesulitan soal kendaraan dan uang untuk membeli bensin. Tapi di sisi lainnya aku sampai lupa kalau bensinku sendiri telah berada di bawah garis merah, pun sampai hampir terjatuh di jalan karena saking mengantuknya.

Refleksiku, ya memang kita perlu peduli dengan orang lain di sekitar kita. Karena nyatanya kita memang tak hidup sendirian di bumi ini. Tapi ya jangan lupa bahwa diri sendiri pun perlu dipedulikan. Rasanya akan jadi percuma kalau pedulimu hanya untuk mereka di sekitarmu, pun bila hanya untuk dirimu sendiri. Maka tutupku, mari, seimbanglah :)



Comments

Popular posts from this blog

Perihal Bahagia

Salah Sendiri

Si Ratu Telat #1