Cemburu? Yang Mana?


Pernah suatu kali mantan kekasihku mengirimkan pesan begini saat aku sedang pergi dengan teman laki-laki di sekolahku.
“Aku cemburu kamu pergi sama dia. Cemburu karena kebersamaan kalian.”
Aku dan teman sekolahku tak memiliki hubungan apa-apa, hanya sekedar berangkat bersama saja saat menonton tim futsal sekolah kami bermain. Ini bahkan baru kedua kalinya aku pergi bersama temanku, walaupun memang aku jarang sekali pergi bersama mantan kekasihku akhir-akhir itu.
Aku tak paham kala itu, yang kupahami hanya sekedar ia cemburu karena ia kekasihku, ia cemburu karena aku pergi dengan lelaki lain. Sebatas itu saja. Namun belakangan, aku baru memahami maksudnya. Aku memahami maksudnya ketika sudah berada di posisinya.
Pada suatu malam, ada seorang teman yang memintaku untuk membantu mengerjakan tugasnya. “Ia salah satu teman baikku, tak mungkin tak kubantu”, pikirku. Akhirnya aku memutuskan untuk membantunya. Semalaman kuselesaikan tugasnya lalu kukirimkan padanya esok paginya. “Makasih banget, ya”, katanya.
Senang sekali rasanya ketika bisa membantu orang lain, dan yang dibantu pun turut senang. Namun rasa senangku menyurut, ketika mendengarnya akan pergi dengan teman wanitanya yang lain siang itu. Mereka pergi keliling kota, mencipta cerita. Oh tidak, ia bukan kekasihku, hanya teman baikku, seperti kukatakan di awal. Hatiku sudah kutaruh pada yang lain. Namun rasanya tak terima saja melihat mereka kerap pergi bersama.
Lalu tiba di suatu siang, aku mendengar ibuku sedang berbincang dengan adikku. Adikku menanyakan banyak hal, tentang kisah di masa lalu, pun di masa sekarang, kisah di kota ini, maupun di kota asal. Ibukku menjawabnya dengan cukup panjang, senang mungkin ditanya, jadi bersemangat menjawabnya. Lalu aku turut nimbrung pembicaraan mereka. Karena tak suka mendengarnya, sebab jarang sekali merasakannya.
Kedua ilustrasi di atas ingin menjelaskan makna dari “cemburu karena kebersamaan”, versiku tentunya. Cemburu yang berbeda dengan “cemburu karena cinta”. Sederhananya begini kalau “cemburu karena cinta”:
“Aku cemburu kamu sering chattingan sama dia, pergi bareng dia. Aku kan pacarmu.”
Padahal mereka pergi sering chatting dan pergi hanya karena satu kepengurusan organisasi saja. Bersama kekasihnya pun kerap pergi bersama. Maka kukatakan, ini “cemburu karena cinta”.
Bedanya, “cemburu karena kebersamaan” itu bisa terjadi pada siapa saja. Bisa pada teman baik, sahabat, orang tua, adik, kakak, tak melulu soal kekasih. Pun bisa terjadi karena berbagai macam alasan. Bisa karena merasa tak dihargai keberadaannya, lalu cemburu. Bisa karena merasa tak pernah mendapatkan perlakuan yang sama, lalu cemburu. Bisa pula karena tak pernah dilihat sedikitpun perjuangan dan pengorbanannya, lalu cemburu.
Karena pada dasarnya, sifat manusia memang berbeda-beda, respon orang lain yang ditemui pun tak selalu sama. Tapi selagi bisa menunjukkan sifat dan respon yang baik adanya, tanpa menyinggung satu dan lainnya, lakukanlah.

Comments

Popular posts from this blog

Perihal Bahagia

Salah Sendiri

Si Ratu Telat #1