Si Ratu Telat #1
“Indi mana ya, Sal?”, tanya Karin pada Salsa yang tengah
membenahi hijabnya.
“Halah...kayak nggak tahu dia aja kamu tuh, paling telat”
“Coba deh chat
di grup Sal, udah jam 7:10 nih masalahnya”
“Hmm..oke deh aku chat.
Tapi aku berani taruhan, sebentar lagi dia sampe”
Kemudian 2 menit setelah Salsa mengetik pesan di grup
“Geprek Lovers”, Indi tiba dengan napas terengah-engah namun tetap dengan
senyum mrenges khasnya.
“Nah! Aku juga sudah menduga”, kata Puspa sembari
melayangkan kelima jarinya yang terbuka pada Salsa sebagai tos tanda
kemenangan. Mereka berdua kemudian melirik ke arah Karin.
“Iya iya, tebakan kalian bener. Kan aku cuma khawatir
aja, masalahnya jatah absennya si Indi tuh tinggal 1”, ujar Karin akhirnya.
Usai melakukan finger
print, Indi langsung menempati bangku yang sengaja disediakan di samping
Nevi. Seketika itu juga ia menengok ke kanan dan mulutnya tercengir dengan
lebar kepada keempat temannya. Mereka hanya membalasnya dengan tersenyum
sembari menggeleng-geleng kepala.
“Biasa”, kata Indi masih dengan senyum mrengesnya. Ia kemudian mengeluarkan
sebuah buku dan sebuah pulpen dan mulai mengikuti materi hari itu.
Indi adalah mahasiswa Sosiologi di sebuah Universitas
yang cukup ternama di kota yang disebut-sebut sebagai kota pelajar. Ia tinggal
di daerah Sleman bersama ibu dan adiknya, sementara ayahnya mengadu nasib di
ibukota. Setiap harinya Indi nglaju dari
rumah menuju kampusnya. Perjalanan yang ditempuhnya setiap hari terbilang cukup
lama yaitu 30 menit.
Untuk menempuh perjalanan itu, 1 jam sebelum kelas
dimulai Indi pasti sudah berangkat. Tapi sayangnya itu dulu, saat masih
semester I. Kini semuanya telah berubah. Indi yang sekarang adalah Indi yang
kalau ada kelas pukul 16:00, maka ia akan berangkat pukul 15:30 bahkan 15:45. Indi yang sekarang adalah Indi
yang pemalas. Pemalas dalam banyak hal, mulai dari malas berangkat kuliah,
malas mengerjakan tugas, bahkan hingga malas mandi dan mencuci pakaian.
Namun setiap kali ditanya,
“Kamu kenapa sih Ndi, kok semester V ini males banget?”
“Iya parah banget lho, apalagi jadi sering telat gitu. Bu Linda aja sampe bilang ‘Indi kok sekarang sering telat to? Terus sering nggak masuk juga. Padahal dulu semester I jarang banget lho’. Ada apa sama kamu tuh?”
Indi pun bingung menjawabnya. Ia hanya bisa menerka-nerka, tanpa tahu benar apakah memang itu jawabnya. Indi rasa mungkin kemalasan ini muncul karena gadget, atau mungkin karena organisasi, atau mungkin karena memang pada dasarnya ia mulai malas kuliah.
Ya, mungkin saja karena gadget, karena smartphone Indi yang saat ini dipakai memang baru berusia 5 bulan. Mungkin karena sedang senang-senangnya dengan smartphone yang baru, maka ia lupa pada tugas kuliahnya. Mungkin yang lain, karena organisasi. Indi memang mengikuti banyak sekali organisasi baik di Gereja maupun di kampusnya, dimana hampir di dalam semua organisasi tersebut posisinya terbilang penting dan dibutuhkan. Tapi ia senang. Namun, mungkin karena terlalu senang pada organisasi tersebut, ia jadi malas mengerjakan tugas kuliahnya. Tapi bisa juga karena mungkin yang lain lagi, soal Indi yang memang sedang tiba pada masa-masa malas kuliah. Karena memang ada beberapa mahasiswa tingkat atas yang pernah mengatakan begini, “Mungkin semester-semester awal kamu masih rajin, masih ngerasa enak. Tapi liat deh nanti semester V atau IV aja deh, pasti malesnya kuliah mulai kerasa.” Mungkin ada benarnya kata para mahasiswa itu yang terbukti pada Indi di semester V ini. Tapi sekali lagi, Indi tidak tahu. Ia tidak tahu apakah memang benar ketiga alasan itu yang mendasari rasa malasnya di semester V ini.
Ia selalu berusaha menepis segala rasa malasnya itu, tapi selalu saja gagal. Ketika malam tiba, ia selalu berusaha terjaga untuk menyelesaikan segala tugas yang tertunda. Namun tetap saja gagal. Magnet pada kasurnya lebih kuat menarik tubuhnya ketimbang laptopnya. Ia selalu saja ketiduran setiap kali mengerjakan tugas, bahkan bukan ketiduran yang hanya 1-2 jam, namun ketiduran hingga pagi. Kemudian ketika pagi ia bangun, ia akan memukul-mukul kepalanya dan menjambak rambutnya sendiri sebagai tanda penyesalan. “Kok ketiduran lagi, sih?”, batinnya dalam hati. Lalu setelahnya ia akan berdiam diri sejenak hingga pukul 6:25. Pada waktu itulah, ia baru akan menyiapkan segala keperluan kuliahnya hari itu, baik tas, buku-buku, laptop, hingga pakaian. Namun tanpa mandi. Begitulah kurang lebih siklus yang dialami Indi di semester V ini. Tapi hingga semester V hampir berakhir, ia belum bertemu juga alasannya.
-Bersambung-
Comments
Post a Comment