Terima Kasih, Waktu

Teristimewa untuk waktu, yang sudah kubuang dengan sia-sia.

Aku menuliskan ini sebagai rasa penyesalan yang amat mendalam.
Beberapa waktu yang lalu, aku baru saja menyelesaikan Ujian Akhir Semesterku di semester genap ini. Dan entah,karena terlalu banyak kegiatan yang kuikuti atau yang lainnya...ada yang tidak terselesaikan.
Aku terus saja mengingat hari itu, hingga hari ini..nilai sudah keluar.
Aku terus saja mengingat orang tuaku, mereka yang sungguh luar biasa berjasa atas kuliahku.
Aku terus saja mengingat bagaimana dulu aku begitu berjuang demi bisa mengikuti tes untuk bisa masuk di kampus ini, sampai kecelakaan menimpaku.
Aku ingat-ingat lagi, sebetulnya bukan karena terlalu banyaknya kegiatan yang kuikuti, tapi karena kemalasan yang menggerogoti.
Sampai-sampai waktuku habis terbuang sia-sia.
Aku terlambat untuk mencari, pada yang lebih mengerti.
Aku terlambat untuk diskusi, pada yang lebih ahli.
Aku terlambat.
Sampai tiba hari ujian, dan aku kebingungan.
Aku menyesal.
Penyesalan yang selalu datang belakangan.
Namun, aku bersyukur karena mendapatkan banyak pelajaran.
Aku jadi mengerti, betapa waktu sedetik sungguh sangat berarti.
Aku jadi mengerti, betapa uang seratus ribu sungguh sulit dicari.
Aku jadi mengerti, betapa perjuangan orang tua sungguh tak terganti.
Lebih-lebih aku sungguh mengerti, bahwa prestasi kita, sebagai seorang anak, sungguh sangat dinanti..supaya tak menyesal di kemudian hari.
Terima kasih banyak, waktu.
Aku tahu, aku memang tidak bisa kembali.
Tapi biarkan aku bisa berjuang untuk hari depan, yang lebih berarti.

Teruntuk Papa, yang tidak pernah lelah berjuang mencari uang
 untuk sesuap nasi dan sebongkah ilmu.
Teruntuk Mama, yang selalu setia mengingatkan dan menemani.

Comments

Popular posts from this blog

Perihal Bahagia

Salah Sendiri

Si Ratu Telat #1