Aku Bukan Pahlawan

Teristimewa untuk para aktivis.

"Kamu tuh keren e. Aku selalu ngeliat kamu dimana-mana. Di tim ini ada, di paguyuban itu ada. Aktif banget." -Al

Kalimat ini memang singkat, tapi begitu mengena, selalu tergiang-ngiang di benakku. Aku, 19 tahun, senang berorganisasi. Namun, segala organisasi yang aku ikuti dapat dikatakan organisasi atau paguyuban sukarela. Aku jadi ingat seorang bapak lulusan Psikologi pernah mengatakan kepadaku begini:

"Kamu itu sebenernya orangnya aktif, tetapi kadang bingung. Karena kamu cuma ikut ini itu aja, terlalu banyaknya kegiatan, tapi nggak ada yang menghasilkan uang." 

Beliau lalu menawariku terlibat dalam kepanitiaan gerak jalan yang menghasilkan pengalaman dan uang tentunya, walupun belum banyak. Tapi rasanya pasti senang kalau bisa menghasilkan uang dari jerih payah sendiri. Namun, pada akhirnya aku tidak menerima tawarannya. Karena semua organisasiku yang tidak bisa ditinggal tersebut. Dan nyatanya, aku masih terus terlibat di semua organisasi itu hingga saat ini. Aku senang. Atau masih dalam kebingunganku, seperti kata bapak itu? Karena pada nyatanya, aku hanya mengikuti satu UKM di kampusku. Itupun tidak begitu aktif. Karena aku tidak rela meninggalkan organisasi sukarelaku. 
Aku juga tidak mengerti bakat ini menurun dari siapa. Karena dahulu, ayahku juga aktif di dalam organisasi seperti ini. Tetapi sepertinya tidak begitu menggebu seperti aku. 
Aku terlibat dalam setidaknya lima organisasi gereja, dimana empat di antaranya aku masuk dalam kepengurusan. Tidak tanggung-tanggung, jabatan di keempatnnya pun penting. Kalau dahulu aku menerima tawaran kepengurusan di organisasi yang satu lagi, berarti aku terlibat dalam lima organisasi, dimana semuanya posisiku sebagai pengurus.
Kalau ditanya mengapa dahulu aku masuk dalam kelima organisasi ini, sejujurnya awalnya ingin eksis. Tapi memang karena aku senang terhadap organisasi tersebut. Lagi-lagi aku ingat kata-kata temanku soal ini. Ia mengatakan begini:

"Eksis itu sebenernya cuma sekedar kamu itu terlibat dalam organisasi. Orangnya banyak, tapi kerjaannya sedikit. Jadi bingung kan mau ngapain? Ya itu eksis. Yang penting orang tahu kamu sudah ikut organisasi ini, kelihatan di organisasi ini. Tapi padahal orang di luar nggak tahu, kamu sudah bekerja apa, dan temanmu bekerja apa." -At

Oleh karena itu, aku tidak mau untuk sekedar eksis. Karena sebetulnya aku memang senang atas organisasi yang aku ikuti. Jadi, aku betul-betul berusaha untuk bekerja dan memberikan kontribusiku, walaupun masih menjadi anggota sekalipun. Aku selalu berusaha menyempatkan waktu ketika ada pertemuan. Karena aku tidak ingin sekedar eksis. Tetapi karena aku senang dan mencintai organisasi yang aku ikuti. Tetapi ternyata hal ini membuatku terpilih menjadi pengurus di keempat organisasi yang aku ikuti. Kalau mau dibilang bangga dan senang, ya aku bangga dan senang. Tetapi ternyata itu tidak mudah.
Jadwal kumpul yang kadangkala bersamaan, membuatku bingung memprioritaskan. Jadi, terkadang aku harus membagi waktuku untuk bisa mengikuti beberapa kegiatan dalam satu hari dengan organisasi yang berbeda. Untuk itu, teman-teman satu organisasiku sudah tidak heran kalau aku terlambat datang pertemuan. Ya karena aku harus membagi waktuku itu.
Aku jadi sulit mengikuti organisasi lain di luar organisasi sukarelaku ini. Karena terkadang syarat yang diajukan adalah pentingnya komitmen dan butuh banyaknya waktu untuk kumpul. Banyaknya waktu untuk kumpul ini yang sulit, waktuku harus semakin terbagi lagi kalau aku mengikuti organisasi yang terikat seperti ini. Padahal sebetulnya organisasi yang ingin aku ikuti pun juga sesuai minat dan bakatku. Tetapi karena keterbatasan waktu dan rasa cinta yang sudah tertanam pada organisasi sukarelaku, aku harus merelakan dengan tidak bisa atau menunda pengalaman serta kesempatan yang akan didapat dari organisasi yang juga sesuai minat dan bakatku tersebut. 
Saking banyaknya organisasi yang aku ikuti dan kecintaanku yang sudah melekat, membuatku terkadang lupa bahwa aku masih menempuh pendidikan. Aku terlalu asyik berdinamika dengan organisasiku, sehingga terkadang lupa akan tugas kuliah yang menumpuk. Bahkan pernah suatu kali tugasku terbengkalai. Membolos pun pernah. Semangat untuk mengerjakan tugas dan masuk kelas terkalahkan oleh rasa cinta terhadap berbagai kegiatan pada organisasi yang aku ikuti. Aku pikir, mungkin ini kebingunganku. Percayalah, pendidikan dan organisasi memang penting dalam kehidupan. Tapi melihat mana yang betul-betul diperjuangkan dengan begitu banyak rupiah oleh orang tuaku, jelas aku harus memprioritaskan pendidikanku. Tetapi nyatanya, terkadang tidak begitu. 
Terkadang, merasa jauh dari keluarga pun muncul. Karena waktu yang sudah terbuang habis oleh organisasi yang aku ikuti. Terkadang, ada pula suatu waktu dimana aku hanya menghabiskan waktu untuk makan, mandi, dan tidur di rumah. Selebihnya sudah habis oleh organisasiku. Aku juga merasa sedih dan berdosa untuk itu. Karena teman-temanku lebih banyak kuberikan waktu daripada keluargaku. 
Terlibat dalam banyak organisasi dimana kita berperan penting di dalamnya itu tidak mudah. Aku sudah kerapkali mengalami jatuh bangun. Suatu saat memang kegiatan yang dicanangkan bisa berhasil karena persiapan yang matang. Tapi lain waktu juga tidak jarang kegiatan dalam satu organisasi bisa terbengkalai karena tiba-tiba harus mengurus organisasi yang lain di saat yang bersamaan. Pada akhirnya yang terjadi adalah kita harus melimpahkan tanggung jawab kita kepada orang lain sementara waktu sembari kita sedang mengurus organisasi yang lain. Disitulah terkadang aku jadi merasa bersalah bahkan tidak berguna. Aku merasa jabatan yang aku dapatkan hanya sekedar jabatan, karena terkadang tidak bisa menjalankannya dengan maksimal.
Aku bukan mau sombong atau bahkan melarang. Kalian boleh sekali terlibat dalam banyak organisasi, bahkan menjadi pengurus di dalamnya. Itu tetap perlu untuk mendukung langkah kehidupan kalian. Tapi percayalah, pendidikan juga penting. Tidak masalah kalau kalian terlibat dalam banyak organisasi, asal bisa tetap menyeimbangkan waktu dan tenaga untuk pendidikan kalian. Kalau tidak sanggup terlibat dalam organisasi yang banyak, ya jangan memaksakan diri. Jangan sampai justru membuat kacau atau mengasingkan yang lainnya. Tidak hanya pendidikan, keluarga juga sangatlah penting. Ingatlah, bahwa keluarga juga merupakan organisasi terkecil dalam masyarakat. Kita belajar bicara, merangkak, berjalan, mengekspresikan diri justru dari organisasi yang kecil ini. Kita tidak boleh melupakan mereka. Teruslah mengasah diri agar waktumu bisa seimbang untuk ketiganya. 

Aku bukan pahlawan. Aku belum keren seperti kata temanku dalam kalimatnya di atas. Aku hanya merasa aku adalah generasi penerus gereja, yang perlu masuk dan terlibat dalam organisasi-organisasi tersebut untuk mengembangkannya. Karena kalau bukan aku, lalu siapa lagi? Pikiran simpelku hanya begitu. Namun ternyata, aku belum sanggup menyeimbangkan waktu di antara organisasi-organisasi tersebut, juga dengan keluarga, dan pendidikanku. Aku masih harus terus belajar. 

Teruslah belajar, selagi masih ada waktu.

Comments

Popular posts from this blog

Perihal Bahagia

Salah Sendiri

Si Ratu Telat #1