Sampah yang Malang

Teristimewa untuk para pedagang dan pembeli di tempat yang disebut "pasar".

Beberapa waktu yang lalu, aku menemani Ibuku berbelanja di Pasar Gamping. Di bawah teriknya matahari siang itu, aku mencoba mengisi waktu luang dengan membaca sebuah novel karya Tyas Effendi "Tentang Waktu". Aku mencoba menikmati rangkaian kata sembari terus menutup hidungku karena tidak tahan dengan bau "pasar" yang bercampur aduk itu.

Apakah "pasar" selalu identik dengan sesuatu yang kotor, bau, dan tidak menyenangkan? Kadang aku berpikir, apakah mereka yang disebut "pedagang" tidak bisa membuat tempat bermata pencaharian mereka menjadi lebih bersih dan nyaman? Lalu, apakah mereka yang disebut "pembeli" betah membeli barang-barang kebutuhan mereka di tempat yang seperti ini?

Aku mencoba mengamati sekelilingku. Sampah-sampah sayuran, ikan asin, daging ayam disapu dan dikumpulkan di satu titik. Sayuran yang berair berceceran membuat tempat itu menjadi basah dan becek. Barang-barang yang jatuh dibiarkan begitu saja.

Aku kembali membaca novelku sampai ketika Ibuku datang dengan belanjaan memenuhi kedua tangannya. Ia mengajakku membeli lauk untuk makan siang, masih di kawasan pasar itu. Lagi-lagi aku melihat sampah-sampah malang itu, yang bukan pada tempatnya. Berbagai macam sampah, basah maupun kering bercampur aduk di satu titik.


Aku yakin, anak SD pun bisa membaca tulisan itu dengan jelas "Dilarang Buang Sampah Disini!!!!!". Dan seharusnya para pedagang yang sudah bukan anak SD itu pun bisa mengerti arti tulisan itu. Namun realitanya para orang tua itu amat menyedihkan. Mereka mengumpulkan sampah di bawah tulisan tersebut. Bagaimana negara kita mau maju kalau warganya saja menutup mata dan tidak mau bergerak aktif dengan keadaan yang seperti itu? Betapa menyedihkan.

Demi terwujudnya lingkungan yang nyaman, ayo kita menjaga lingkungan kita! Jangan biarkan sampah-sampah malang itu berceceran dimana-mana, membuat bencana tiada habisnya. Kalau bukan kita yang mencintai negara dan lingkungan kita sendiri, lalu siapa lagi?

Comments

Popular posts from this blog

Perihal Bahagia

Salah Sendiri

Si Ratu Telat #1