'Ujian Nasional' Rasa 'Try Out'


Kemarin Ujian Nasional kelas 3 SMA sudah berakhir. Aku hanya bisa mensyukuri apa yang sudah kukerjakan. Toh sudah terjadi. Sesulit apapun soalnya, yang penting sudah berusaha sendiri. Tapi ternyata prinsip ini hanya berlaku untuk beberapa orang saja. Betapa memprihatinkan, ya. Kebanyakan siswa dengan mudah bertanya pada temannya, berbagi lembar jawab atau lembar soal dengan temannya, atau bahkan menggunakan alat komunikasi seperti HP untuk mencari jawaban. Dengan mudahnya mereka melakukan ketidakjujuran itu. Tidak hanya saat Ulangan Harian, Ulangan Tengah Semester, Ulangan Akhir Semester, Ujian Kenaikan Kelas. Try Out, Ujian Sekolah, bahkan Ujian Nasional pun mereka bisa-bisanya mencontek. Aku terkadang gemas melihat tingkah mereka itu. Ditambah lagi hanya beberapa guru atau pengawas saja yang bersikap tegas terhadap siswa yang seperti itu, selebihnya hanya acuh tak acuh. Aku tidak munafik kok, aku juga pernah mencontek. Tapi bukannya sombong, aku juga belajar menempatkan diri. Masa Ujian Nasional saja mencontek. Bayangkan, sudah Ujian Nasional lho. Semacam Ujian atau Tes yang terakhir dalam suatu jenjang pendidikan. Ujian Nasional seperti tidak dipandang sama sekali oleh siswa, mereka sangat santai menghadapi itu. Sama seperti mereka melalui ujian-ujian atau ulangan biasa. Mencontek seakan sudah menjadi budaya. Mereka seperti meremehkan sesuatu yang disebut-sebut "ujian" itu.
Bagaimana integritas bangsa Indonesia akan maju kalau sejak dini saja masyarakatnya sudah memiliki budaya mencontek? Sebenarnya ini salah siapa? Apakah salah pemerintah yang membuat kebijakan "Ujian Nasional tidak menentukan kelulusan"? Apakah salah para siswa yang jadi terlalu meremehkan Ujian Nasional karena kebijakan pemerintah itu? Apakah salah para guru serta pengawas yang kurang tegas dalam mengawasi peserta didiknya dalam mengikuti Ujian di sekolah? Ataukah salah para orang tua yang kurang memberi dukungan pada anak-anaknya dalam mengikuti Ujian?
Aku rasa semua itu berkaitan. Bagaimana peran pemerintah, para guru, masyarakat, orang tua, serta para siswa itu sendiri untuk memajukan integritas bangsa. Aku hanya ingin menekankan bahwa kejujuran itu penting. Kejujuran itu utama. Kejujuran yang berperan segalanya. Kalau sejak dini saja para generasi bangsa sudah belajar tidak jujur lewat mencontek, bagaimana nantinya kelak ketika mereka dewasa, ketika berperan di perusahaan tempat mereka bekerja atau ketika mereka berperan di masyarakat? Bukankah bohong juga merupakan sebuah dosa? Apa tidak takut sama Tuhan kalau menumpuk dosa lewat mencontek terus? Sebenarnya tinggal bagaimana niat kita sendiri, sih. Bagaimana kita mengembangkan diri kita sendiri, juga memajukan integritas bangsa di mata dunia dengan prinsip kejujuran yang paling utama. Kalau bukan sejak sekarang, lalu kapan lagi?

Teristimewa untuk generasi bangsa 
yang masih merasa jujur itu penting.

Comments

Popular posts from this blog

Perihal Bahagia

Salah Sendiri

Si Ratu Telat #1